Galeri

Selasa, 20 September 2011

Tidak ada yang "Tau-Tau"


Sehelai tali putih mengitari rumput yang sedang ditumbuhkan di lapangan yang terlihat sudah botak di sana-sini. Hanya saja,  sisa air hujan menyamarkan gersang di area footsal sekaligus lapangan serba guna di sana. Sebuah lingkungan yang dikelilingi rimbunnya hijau pepohonan dan gubuk-gubuk kayu beratap rumbia, dikawinkan dengan gedung permanen di sebelah kanannya. Bercat gading dan berlantai 2. Kandank Jurank Doank, sebuah tulisan terpampang di depan gedung, yang merupakan nama dari tempat itu secara keseluruhan. Termasuk sawah dan kebun di bagian belakang sana. Lebih dari 3 hektar luasnya. 

Maksud hati bertemu dengan sang pemiliknya langsung untuk membicarakan kerjasama dengan sekolah kami. Ibu Kepala Sekolah SD menelepon sang pemilik sesaat setelah kaki kami menjejak lapangan bulu tangkis yang pernah disulap menjadi arena pesta, tanggal 8 September lalu. Si Om pemilik, meminta kami melihat-lihat terlebih dulu suasana yang ada. Jujur saja, untuk saya hal itu menyenangkan. Apalagi bukan hanya hijaunya suasana, tapi keriuhan aktivitas yang berlangsung di sana juga menjadi objek perhatian yang menarik. Sekitar 20 anak berjajar di lapangan bulu tangkis yang sudah di pel, tempat kami tadi menelepon pemilik tempat. Mereka sedang berlatih menari salah satu tarian daerah Papua. Sedangkan di ampiteatre mini di bagian pojok area ini, sebuah kesibukan shooting acara anak tengah berlangsung. Kami juga sempat menengok ke sana. Dua orang host yang merupakan pesulap tenar negeri ini tengah memandu acara.  Sedangkan suara bebunyian dari barang-barang yang dipukul terdengar dari arah lantai 2 gedung di depan kami. Saya langsung mengenali permainan perkusi itu. Kami telah menonton pertunjukkan perkusi yang memukau itu sebelumnya. Itu sedikit gambaran tentang kesibukan yang terjadi setiap sore di Kandank Jurank Doank milik Dik Doank. 

Setelah menunggu sekitar 10 menit, kami diarahkan untuk menunggu di ruang mungil di sebelah ruang etalase berisi baju-baju ABG. Ditemani istri sang pemilik, kami berkenalan sekaligus menyampaikan maksud kedatangan. Tidak lama berbicara di sana, Dik langsung bergabung dan mengajak kami ke studio di lantai 2. Ini dia yang saya tunggu-tunggu. Itu ruangan latihan perkusi yang sudah sejak tadi terdengar sampai ke bawah sana. 
Ruanagan itu mengingatkan saya dengan ruang seminar di rumah prubahan Renald Kassali, Bekasi. Beralas kayu dengan langit-langit yang tinggi, dan memiliki layar besar di bagian depan. Hanya saya ruangan ini jauh lebih mungil. Beberapa anak sudah duduk di depan instrumennya masing-masing. Ada sekitar 20-an anak. Dik membuka pertemuan dengan doa.
Bersama anak-anak Jurank Doank
Menyentuh . . . apa yang mereka sajikan adalah persembahan istimewa untuk merajakan tamu-tamu yang saat itu datang. Dan kami 3 di antaranya yang beruntung, selain beberapa artis lain. Hanya ada sekitar 12 an orang tamu di sana. Kami secara eksklusif menonton pertunjukkan live music selama 1 jam. Bayangkan !!! Kami benar-benar tersanjung dengan jamuan ini. Merasa benar-benar dimanusiakan oleh manusia-manusia kecil bimbingan 'manusia besar' itu. 

Ada sekitar 6 lagu yang mereka bawakan dengan iringan perkusi dan gabungan beberapa alat musik lainnya. Didukung dengan sound system dan gambar di layar, semuanya benar-benar sempurna di mata saya. Kalimat-kalimat motivasi yang terselip di antara pertunjukan, menambah makna dari semuanya. Saya belajar banyak selama 1 jam berada di sana. Jiwa-jiwa itu mengeluarkan aura positif yang menular ke saya dan menggumpalkan energi yang sempat tercerabut di jalanan. Kembali mengkristal dan merayap dalam bilik inspirasi di otak. Mimpi-mimpi itu kembali mengepakkan sayapnya. Dan tidak sabar untuk terbang. 
Bahwa hidup harus dinikmati dengan keikhlasan dan rasa. Bahwa setiap orang butuh untuk berbagi, bermain dan bergembira. Dan bahwa semuanya hanya untuk "Dia" yang utama. 
Ada satu tag line favorit yang saya tangkap, "Ini semua tidak tau-tau, tapi merupakan perjuangan yang tidak berujung." Itu kata kuncinya !! Keberhasilannya membina anak-anak itu, sampai dapat menampilkan pertunjukan sebaik itu, adalah hasilan dari proses panjangnya bertahun-tahun, jadi bukan 'tau-tau'. Karena semuanya memang berproses dari nol. Begitupun dengan kematangan kita sebagai manusia dalam memandang dan menjalani hidup. 

Berawal dari niat mengajak kerjasama, sampai akhirnya turut larut dalam aliran kontemplasi mengenai inti dari rasa jiwa. Terimakasih untuk semua yang kemarin memberikan suguhan untuk jiwa saya yang memang sedang lapar berat. Berharap dapat benar-benar bertemu lagi di bulan November, di sekolah saya :).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar