Galeri

Selasa, 27 September 2011

They Just Need an Inspiration

at home theatre attending video conference
INSPIRASI adalah yang ingin saya berikan kepada anak-anak didik saya setiap kali  menyuguhkan hidangan ilmu di sekolah. Saya melihat, anak-anak hanya belum memiliki pandangan yang luas, karena waktu dan pengalaman mereka yang masih sedikit. Dan sebagai orang dewasa, pastinya guru memiliki lebih banyak pengalaman dan informasi, karena waktu yang dilewati sudah lebih panjang dari anak-anak. Sudah otomatis menjadi kewajiban guru untuk berbagi informasi sebagai pancingan atau sekedar penyuguhan inspirasi. Tapi jangan salah, yang terjadi selama ini adalah anak-anak dengan keterbatasan pengalaman mereka, tidak kalah kreatif apabila genderang semangat dan imajinasi telah mengetarkan jiwa mereka. Mereka dapat berlari lebih cepat dari yang dapat dibayangkan gurunya. Karena pada dasarnya mereka hanya perlu suguhan inspirasi saja untuk memberikan visualisasi yang real, untuk mereka cari sendiri model mereka masing-masing.
video conference with Ibu Pudji Lestari

Salah satu hidangan inspirasi yang sering saya suguhkan adalah menceritakan fakta real dari orang-orang hebat yang ada, baik di lingkungan terdekat, maupun di dunia secara umum. Membuat mulut mereka menganga sampai jari-jari mereka mulai mengacung untuk bertanya, saat itulah inspirasi telah mengetuk pintu karya mereka. Seperti Richard Branson yang membuat mereka terbang ke angkasa luar dengan mimpi mereka masing-masing, sampai dengan seorang penulis senior, Ibu Pudji Lestari, yang kemarin kami undang untuk menjadi nara sumber dalam video conference. Mereka hanya harus melihat sebanyak-sebanyaknya hal baik yang ada di sekitar mereka, lalu mulai menyulam mimpi-mimpi itu. Memasukan dalam laci-laci mimpi mereka sebagai tabungan untuk membentuk diri mereka menjadi orang-orang hebat di masa depan. 

Selasa, 20 September 2011

Tidak ada yang "Tau-Tau"


Sehelai tali putih mengitari rumput yang sedang ditumbuhkan di lapangan yang terlihat sudah botak di sana-sini. Hanya saja,  sisa air hujan menyamarkan gersang di area footsal sekaligus lapangan serba guna di sana. Sebuah lingkungan yang dikelilingi rimbunnya hijau pepohonan dan gubuk-gubuk kayu beratap rumbia, dikawinkan dengan gedung permanen di sebelah kanannya. Bercat gading dan berlantai 2. Kandank Jurank Doank, sebuah tulisan terpampang di depan gedung, yang merupakan nama dari tempat itu secara keseluruhan. Termasuk sawah dan kebun di bagian belakang sana. Lebih dari 3 hektar luasnya. 

Maksud hati bertemu dengan sang pemiliknya langsung untuk membicarakan kerjasama dengan sekolah kami. Ibu Kepala Sekolah SD menelepon sang pemilik sesaat setelah kaki kami menjejak lapangan bulu tangkis yang pernah disulap menjadi arena pesta, tanggal 8 September lalu. Si Om pemilik, meminta kami melihat-lihat terlebih dulu suasana yang ada. Jujur saja, untuk saya hal itu menyenangkan. Apalagi bukan hanya hijaunya suasana, tapi keriuhan aktivitas yang berlangsung di sana juga menjadi objek perhatian yang menarik. Sekitar 20 anak berjajar di lapangan bulu tangkis yang sudah di pel, tempat kami tadi menelepon pemilik tempat. Mereka sedang berlatih menari salah satu tarian daerah Papua. Sedangkan di ampiteatre mini di bagian pojok area ini, sebuah kesibukan shooting acara anak tengah berlangsung. Kami juga sempat menengok ke sana. Dua orang host yang merupakan pesulap tenar negeri ini tengah memandu acara.  Sedangkan suara bebunyian dari barang-barang yang dipukul terdengar dari arah lantai 2 gedung di depan kami. Saya langsung mengenali permainan perkusi itu. Kami telah menonton pertunjukkan perkusi yang memukau itu sebelumnya. Itu sedikit gambaran tentang kesibukan yang terjadi setiap sore di Kandank Jurank Doank milik Dik Doank. 

Setelah menunggu sekitar 10 menit, kami diarahkan untuk menunggu di ruang mungil di sebelah ruang etalase berisi baju-baju ABG. Ditemani istri sang pemilik, kami berkenalan sekaligus menyampaikan maksud kedatangan. Tidak lama berbicara di sana, Dik langsung bergabung dan mengajak kami ke studio di lantai 2. Ini dia yang saya tunggu-tunggu. Itu ruangan latihan perkusi yang sudah sejak tadi terdengar sampai ke bawah sana. 
Ruanagan itu mengingatkan saya dengan ruang seminar di rumah prubahan Renald Kassali, Bekasi. Beralas kayu dengan langit-langit yang tinggi, dan memiliki layar besar di bagian depan. Hanya saya ruangan ini jauh lebih mungil. Beberapa anak sudah duduk di depan instrumennya masing-masing. Ada sekitar 20-an anak. Dik membuka pertemuan dengan doa.
Bersama anak-anak Jurank Doank
Menyentuh . . . apa yang mereka sajikan adalah persembahan istimewa untuk merajakan tamu-tamu yang saat itu datang. Dan kami 3 di antaranya yang beruntung, selain beberapa artis lain. Hanya ada sekitar 12 an orang tamu di sana. Kami secara eksklusif menonton pertunjukkan live music selama 1 jam. Bayangkan !!! Kami benar-benar tersanjung dengan jamuan ini. Merasa benar-benar dimanusiakan oleh manusia-manusia kecil bimbingan 'manusia besar' itu. 

Ada sekitar 6 lagu yang mereka bawakan dengan iringan perkusi dan gabungan beberapa alat musik lainnya. Didukung dengan sound system dan gambar di layar, semuanya benar-benar sempurna di mata saya. Kalimat-kalimat motivasi yang terselip di antara pertunjukan, menambah makna dari semuanya. Saya belajar banyak selama 1 jam berada di sana. Jiwa-jiwa itu mengeluarkan aura positif yang menular ke saya dan menggumpalkan energi yang sempat tercerabut di jalanan. Kembali mengkristal dan merayap dalam bilik inspirasi di otak. Mimpi-mimpi itu kembali mengepakkan sayapnya. Dan tidak sabar untuk terbang. 
Bahwa hidup harus dinikmati dengan keikhlasan dan rasa. Bahwa setiap orang butuh untuk berbagi, bermain dan bergembira. Dan bahwa semuanya hanya untuk "Dia" yang utama. 
Ada satu tag line favorit yang saya tangkap, "Ini semua tidak tau-tau, tapi merupakan perjuangan yang tidak berujung." Itu kata kuncinya !! Keberhasilannya membina anak-anak itu, sampai dapat menampilkan pertunjukan sebaik itu, adalah hasilan dari proses panjangnya bertahun-tahun, jadi bukan 'tau-tau'. Karena semuanya memang berproses dari nol. Begitupun dengan kematangan kita sebagai manusia dalam memandang dan menjalani hidup. 

Berawal dari niat mengajak kerjasama, sampai akhirnya turut larut dalam aliran kontemplasi mengenai inti dari rasa jiwa. Terimakasih untuk semua yang kemarin memberikan suguhan untuk jiwa saya yang memang sedang lapar berat. Berharap dapat benar-benar bertemu lagi di bulan November, di sekolah saya :).

Senin, 12 September 2011

Laporan Hasil Wawancara


Mewawancarai Pak Jamilludin

       Waktu itu, aku mewawancarai seorang petugas keamanan di Sekolah Cakra Buana. Saat mewawancarai, aku bersama Vincent dan Andre Ho. Aku mulai mewawancarai. Tapi, saat aku memulai, kami hanya tertawa. Setelah tertawa, kami  berhenti dan  mulai mewawancara.
           Bapak Jamilludin namanya. Usianya 27 tahun, dan mulai bekerja pada bulan April tahun 2011. Tugasnya menjaga keamanan. Bapak Jamilludin bekerja 24 jam, dan melakukan pengawasan di semua area. Perasaan Pak Jamilludin saat bekerja, senang.


-Clara Dorothy-



Identitas Pak Idris

           Di Seekolah Cakra Buana terdapat tukang kebun yang bernama Idris. Pak Idris berumur 25 tahun. Pak Idris sudah memulai karirnya pada tanggal 25 Maret 2010. Ia sudah 1 tahun di Sekolah Cakra Buana menjadi tukang kebun. Beberapa tanaman telah ditanaminya, antara lain : pohon mangga, pohon jambu, tanaman hias, dan masih banyak lagi. Mendapatkan bibitnya pun langsung dari sekolah. Untuk merawatnya, Pak IDris harus memberi pupuk, menyiram tanaman, dan masih banyak. Hasilnya pun dapat dikonsumsi. 

- M.T. Premasanti-


Bertanya-tanya

Tadi pagi, aku diberi tugas oleh Bu Nia untuk ke perpustakaan. Lalu, aku bertemua dengan Pak Fajar. Usia Pak Fajar adalah 22 tahun. Tugas Pak Fajar adalah menjaga perpustakaan. Pak Fajar dalam sehari bekerja 8 jam di perpustakaan. Kata Pak Fajar, yang paling sering datang ke perpustakaan adalah guru-guru dan siswa SD.
Buku-buku di sini berasal dari bantuan pemerintah dan hibah dari ketua yayasan. Cara meminjam buku di sini adalah :
1.       Harus menjadi anggota
2.       Mengisi formulir
3.       Membayar uang administrasi sebanyak Rp 3.000,00
4.       Memilih buku yang kamu sukai (maksimal 3 buku)
5.       Meminjam buku  (maksimal 7 hari)
6.       Kalau terlambat mengembalikan buku dikenakan denda Rp 500,00 perbuku.
Setelah itu aku kembali ke kelas.

-Nadhira Syifa Ananda-

Ibu Guru Ceria

            Kami Haikal, Yessy, Puti mewawancarai Ibu Neneng. Nama lengkapnya adalah Neneng Nurhayati. Ia berumur 44 tahun. Mendengarnya, kami sedikit kaget, karena tadinya kami mengira Bu Neneng masih berumur 30 tahun.
Ia mulai bekerja dari tahun 2010. Sekarang, ia mengajar di kelas 2B, dan mengajar pelajaran PKN dan Bahasa Indonesia. Saat kami menanyakan, “Ada berapa jam, Ibu bekerja dalam satu hari ?” Ibu Nenang menjawab, “Sekitar 9 jam.” Katanya sambil memainkan jarinya. Kami pun kaget. Tetapi walaupun ia sudah tua dan bekerja 8 jam 1 hari, ia tetap ceria. Dan katanya, ia sangat enang bekerja di Cakra Buana.
-Kayla Puti-




Senangnya Mewawancarai Seseorang

         Pagi tadi, aku belajar Bahasa Indonesia bersama Ibu Nia dan teman-teman di kelas. Aku belajar tentang wawancara. Ibu Nia menjelaskan tentang cara-cara awal untuk mewawancarai  seseorang. Setelah itu, aku dan teman-teman membuat kelompok. Aku dan teman-teman sekelompok mewawancarai nara sumber yang bernama Pak Bayu.
·                Pak Bayu adalah petugas TU di Sekolah Cakra Buana. Di bawah ini adalah hasil wawancaranya.
·                Namanya Bayu Antariksa
·                Umurnya 39 tahun
·                Alamat rumahnya Jl. Pakarena I No. 148
·                Mausk sebagai petugas TU pada tanggal 25 Februari 2011
·                Tugas utamanya adalah mendata pemesanan katering siswa
·                Jam kerjanya 8 jam
·                Katanya, dia biasa-biasa saja saat bekerja di sekolah ini.
Setelah itu, aku dan teman-temanku kembali ke kelas.

-Dhyah Ayu S.-

Denah Kota Impian

Denah 4B
Denah 4A





Kompetisi Children Helping Children

Pada hari Kamis, 8 September 2011 saya dan kawan-kawan pergi ke Kandank Jurank Doank. Inilah rombongan yang ikut dengan Cakra Buana:
Siswa yang ikut: Kautsar, Anetasya, Fanza, April, Jesika, Berliana, Nadifa, Anindhita, Rhido, Chrysan, Dimas, Andien, Haikal, Najma, Phuja, Fiona, Vania, Viani, Cliff, Nadhira dan Viana.

-dilaporkan oleh Haikal-