Galeri

Jumat, 07 Oktober 2011

"Tik Tik" Suara Kuku Dipotong

Pukul 07.30 pagi bel berbunyi. Anak-anak segera membentuk barisan di depan kelas masing-masing. Guru kelas telah berdiri di depan pintu. Pada satu hari di setiap minggu, anak-anak menyodorkan tangan mereka kepada sang guru untuk diperiksa, apakah mereka berhak untuk masuk kelas atau harus melakukan sesuatu terlebih dahulu. Yaitu . . . potong kuku. Wajah-wajah lucu mereka melukiskan apakah kuku mereka bersih atau tidak. Ada yang langsung mengaku, "Hehehe, aku belum gunting kuku, Bu." Atau ada yang nyengir-nyengir saja sambil takut-takut mengulurkan tangannya. Saya sering geli melihat wajah mereka yang merasa kukunya masih panjang atau kotor. Biasanya saya menyentil pelan, sekedar memberi kode bagi anak yang masih belum masuk kelas. Tentu itu bukan sentilan yang menyakitkan, namun sebuah bentuk kasih sayang untuk membiasakan mereka menjaga kebersihan diri mereka, dalam hal ini kuku.

Potong kuku di SD Cakra Buana, khususnya bagi siswa kelas 4 ke atas, sudah menjadi budaya yang secara rutin dilakukan setiap hari Selasa atau Jumat. Anak-anak yang terkena pencet atau sentil kuku karena kukunya panjang, belum boleh masuk kelas. Mereka berkumpul dulu di hall dan duduk melingkar untuk berdoa bersama sebelum memotong kukunya. Setelah berdoa, maka akan terdengar bunyi "tik tik" dari suara kuku yang dipotong. Gunting kuku telah disiapkan oleh guru. Secara bergiliran, mereka akan dengan sabar menunggu teman yang lain. Biasanya waktu yang dibutuhkan untuk potong kuku seluruh anak, tidak lebih dari 20 menit. Setelah itu, mereka baru boleh masuk kelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar