Galeri

Kamis, 13 Oktober 2011

Rapat Pagi

Kemarin, di jam morning ritual, pejabat kelas berkumpul di hall atas. Mereka perwakilan siswa dari kelas 3 sampai kelas 5 yang berada di lantai atas. Kami berdiskusi tentang penentuan jadwal petugas yang membuka dan menggulung karpet saat sholat Zuhur. Karena yang selama ini terjadi adalah, karpet dibiarkan terbuka setelah sholat, menunggu sampai office boy sekolah yang menggulung. Hal ini sebenarnya dapat langsung dilakukan oleh siswa, tanpa menundanya, sehingga seringkali karpet menjadi kotor karena ada anak-anak yang menginjaknya saat bermain, terutama jika office boy tidak langsung menggulungnya.

Masalah kedua yang masih berkaitan dengan hall atas juga, adalah penggunaan ruang bermain bola. Pernah suatu siang, beberapa anak menghampiri saya dan mengadu, "Bu, adik-adik kelas 4 koq ga mau gantian mainnya. Kami sudah tidak pernah bermain di hall atas selama beberapa hari." Ok, ini juga satu poin yang harus didiskusikan bersama.

Jadi, saya undang pejabat kelas 3-5 untuk berkumpul menyelesaikan masalah ini. Dan mereka setuju untuk dibuat jadwal. Setelah sepakat, mereka menandatangani kesepakatan itu.
Hari ini akan ditempel di hall atas, dan diberikan ke setiap kelas di lantai atas.

Minggu, 09 Oktober 2011

Gratis Berimajinasi (1)

Apa yang gratis dalam hidup ini selain bernafas ? Jawabannya adalah berpikir. Pertanyaan selanjutnya adalah berpikir yang bagaimana yang menyenangkan ? Jawaban saya adalah berimajinasi, memimpikan sesuatu yang seru dan bebas tanpa batas. Selain untuk kesenangan, dari pengalaman saya sebagai seorang guru, berimajinasi dapat meningkatkan kadar serotonin, yang menyebabkan saya merasa lebih relaks. Kondisi relaks inilah yang saya butuhkan dalam melakukan setiap aktivitas, termasuk melakukan tanggungjawab saya mengajar.


Sebagai manusia, pastinya ada saat-saat di mana kondisi hati tidak selalu stabil. Jika sudah terasa bad mood datang, strategi yang saya gunakan adalah mencari metode belajar yang selain menyenangkan buat siswa, saya juga sekaligus mendapat kesenangan. Seringnya saya membuka pelajaran dengan mengangkat cerita inspiratif dari fakta yang ada, kemudian mengajak siswa membayangkan tentang sesuatu yang luar biasa, yang dapat mereka lakukan. Kemudian, baru dikaitkan dengan materi pelajaran yang dibahas.

Saat ini, tanggungjawab saya adalah mengajar Bahasa Indonesia. Imajinasi membantu sekali siswa menuangkan ide dalam bentuk tulisan. Seperti pada tema surat undangan pribadi. Awalnya saya bercerita tentang wisatai luar angkasa yang digagas oleh Richard Branson. Lalu, apa kaitannya dengan surat undangan pribadi ? Richard Branson menjadi inspirasi untuk melanjutkan ke aktivitas selanjutnya. Saya berikan waktu siswa selama 1 menit untuk menentukan tema surat undangan pribadi mereka. Contohnya, seperti Richard Branson yang mengundang orang-orang untuk ikut dalam wisata luar angkasa yang dia gagas di tahun 2009. Selama 1 menit itu, saya arahkan imajinasi mereka ke langit. Membayangkan tema undangan yang luar biasa. Menempatkan diri mereka menjadi seorang pengusaha hebat yang dapat menciptakan sesuatu yang berbeda dan berskala internasional.


Yang menyenangkan bagi saya adalah melihat kerlap-kerlip bintang di mata mereka saat mereka menunjukkan jarinya dan melontarkan ide-ide uniknya masing-masing. Mulai dari pengusaha batik berskala internasional, pengusaha restauran, pemilik sekolah, sampai dengan pengusaha pesawat jet dunia. Ketika eiger mereka telah terbentuk, mereka akan lebih mudah menuangkan ke dalam bentuk tulisan. Awalnya, saya bebaskan mereka menulis, tanpa batasan struktur dan tata bahasa yang baik. Biarkan saja ide mereka tertumpah dulu di atas kertas. Setelah mereka selesai, baru saya ajak mereka mengevaluasi tulisan untuk memperbaiki tata dan struktur bahasanya. Hasilnya adalah surat-surat undangan yang kreatif dan variatif temanya. Dan sangat menyenangkan untuk membaca surat-surat itu. Beberapa yang terbaik dari yang baik, telah saya post ke blog.


Cerita selanjutnya, saat kami belajar mengenai menulis berita. Saya membawa beberapa majalah berbeda, mulai dari majalah anak, majalah sosial, sampai dengan majalah yang memberitakan tentang orang-orang terkaya di negeri ini. Satu lagi cerita inspiratif saya ambil dari salah satu majalah, Difabel. Sebuah majalah yang memberitakan kaum disabilitas. Judul artikelnya adalah "Nonton Bareng Tuna Netra". Kebetulan saat itu saya mengikuti acara itu. Berceritalah saya tentang pengalaman saya nonton film bersama tuna netra. Di akhir cerita, saya bertanya, "Kenapa orang menulis cerita ini ?". Ada yang menjawab bahwa untuk meninngkatkan kasih sayang. Ada juga yang menjawab, agar orang lain tahu tuna netra. Saya senang dengan jawaban mereka. Hanya tinggal saya rangkum saja, dan ditekankan bahwa menulis itu penting untuk berbagi informasi dengan orang lain. Seperti pada acara nonton bareng tuna netra yang ditulis untuk menyebarluaskan informasi kepada seluruh masyarakat di Indonesia, bahwa tuna netra juga memilik hak untuk menikmati hiburan, termasuk menonton film. Setelah bercerita, saya psosisikan mereka sebagai wartawan dan bebas  menentukan satu informasi penting yang ingin mereka bahas dan mereka tulis dalam bentuk berita. 
Tema yang mereka angkat beragam. Mulai dari menyapu lantai, fotograpi, film, sampai dengan keamanan sekolah. Nara sumber yang mereka wawancari terkait dengan temanya juga mereka sendiri yang menentukan. Dan yang terjadi adalah mereka melakukan seluruh tahapan kegiatan dengan sausana senang, tanpa tekanan. Karena, seluruh kegiatan, mereka sendiri yang menentukan.

Jumat, 07 Oktober 2011

"Tik Tik" Suara Kuku Dipotong

Pukul 07.30 pagi bel berbunyi. Anak-anak segera membentuk barisan di depan kelas masing-masing. Guru kelas telah berdiri di depan pintu. Pada satu hari di setiap minggu, anak-anak menyodorkan tangan mereka kepada sang guru untuk diperiksa, apakah mereka berhak untuk masuk kelas atau harus melakukan sesuatu terlebih dahulu. Yaitu . . . potong kuku. Wajah-wajah lucu mereka melukiskan apakah kuku mereka bersih atau tidak. Ada yang langsung mengaku, "Hehehe, aku belum gunting kuku, Bu." Atau ada yang nyengir-nyengir saja sambil takut-takut mengulurkan tangannya. Saya sering geli melihat wajah mereka yang merasa kukunya masih panjang atau kotor. Biasanya saya menyentil pelan, sekedar memberi kode bagi anak yang masih belum masuk kelas. Tentu itu bukan sentilan yang menyakitkan, namun sebuah bentuk kasih sayang untuk membiasakan mereka menjaga kebersihan diri mereka, dalam hal ini kuku.

Potong kuku di SD Cakra Buana, khususnya bagi siswa kelas 4 ke atas, sudah menjadi budaya yang secara rutin dilakukan setiap hari Selasa atau Jumat. Anak-anak yang terkena pencet atau sentil kuku karena kukunya panjang, belum boleh masuk kelas. Mereka berkumpul dulu di hall dan duduk melingkar untuk berdoa bersama sebelum memotong kukunya. Setelah berdoa, maka akan terdengar bunyi "tik tik" dari suara kuku yang dipotong. Gunting kuku telah disiapkan oleh guru. Secara bergiliran, mereka akan dengan sabar menunggu teman yang lain. Biasanya waktu yang dibutuhkan untuk potong kuku seluruh anak, tidak lebih dari 20 menit. Setelah itu, mereka baru boleh masuk kelas.