Galeri

Minggu, 24 April 2011

Pengusaha Kecil

Suasana riuh dengan meja-meja kayu berjajar rapi dan anak-anak yang riang menjajakan dagangannya. Mengundang orang-orang yang mungkin awalnya terpaksa tapi pada akhirnya membeli juga dagangan mereka. Riuh yang bersemangat. Itu adalah bayangan yang sudah lama terlintas di pikiran saya. Maka ketika minggu-minggu bergerak menuju hari pengambilan rapor mid semester II, saya terpikir untuk mengadakan program 'pasar-pasaran'. Kepala sekolah menyambut baik rencana saya, maka langsung  saya buat poster dengan judul besar "Gerai Usaha Siswa", bagi yang berminat . . . hubungi dan daftar langsung ke panitia !


Pengumuman tertulis memang sedang kami biasakan untuk menyebarkan informasi ke siswa. Membiasakan mereka untuk tanggap terhadap pengumuman yang tertempel di mading sekolah, bagian kecil dari kegemaran membaca. Belum sehari ditempel, sudah ada serombongan anak yang datang. Awalnya menanyakan peraturan dan syarat-syaratnya.  Saya ingat wajah-wajah kecil yang bersemangat itu.
"Tapi kami mau bersama-sama, Bu. Boleh ga ?" setengah memelas wajah itu menatap saya dengan mata beningnya yang bulat. Saya mengangguk, "Boleh, Nak. Tapi isi formulirnya dulu dan ditandatangani orang tua salah satu dari kalian, ya." saya sodorkan selembar formulir keikutsertaan gerai usaha siswa yang dilengkapi dengan peraturan yang harus dipahami oleh siswa dan orang tuanya.


Hari berikutnya, ada 3 rombongan siswa datang, dan meminta form keikutsertaan.
"Kami ingin berjualan roti bakar, puding, brownes, dan air jeruk, Bu." satu dari 6 anak yang datang itu menjelaskan. Mimik wajahnya yang polos tampak memerah. Sepertinya dia baru saja berlari sepanjang lorong menuju ke kantor saya. Karena teman-temannya yang lainnya pun tidak jauh berbeda kondisinya. Mereka masih berusaha manata nafasnya, dan 3 di antaranya duduk di kursi yang ada di ruang kerja saya. Saya perhatikan mereka satu-persatu. Enam orang dalam 1 gerai ?
"Bagaimana kalian membagi tugas ?"tanya saya. Bukan untuk mematahkan semangat mereka, tapi lebih untuk memastikan bahwa mereka semua benar-benar terlibat penuh dan bekerjasama dengan baik untuk membuka gerai bersama.
"Pertama, modalnya kami kumpulkan dari uang saku sendiri, sebesar Rp 30.000,00. Nanti sore, kami akan belanja bersama untuk membeli bahan-bahan. Besok sore, kami akan ke rumah Ririn untuk masak puding dan brownes. Untuk roti bakar, saya yang akan memasak langsung di gerai. Dan untuk air jeruk, akan dibuat oleh Tami. Sedangkan Lila dan Dea akan bertugas menjadi petugas penjualan yang mempromosikan gerai kami di hari pengambilan rapor nanti. Begitu Bu."
Anak itu menarik nafas panjang selesai menjelaskan. Saya kagum sekali dengan mereka. Dengan tersenyum, saya sodorkan formulir keikutsertaan membuka gerai.
"Good luck, Nak !"


Sampai H-1 sudah ada 10 gerai yang terdaftar. Mulai dari siswa kelas 3 sampai dengan kelas 6 telah mendaftar. Gerai yang diberi nama-nama kreatif itu menawarkan jajanan mulai dari makanan, minuman, sampai gantungan kunci kreasi sendiri. Kali ini, gerai hanya dibuka 10 saja untuk menjaga suasana pengambilan rapor agar tidak terlalu riuh. Apalagi pada hari itu, akan ada performance dari kelas PG sampai kelas 3. Terbayang suasana akan begitu ramai.
Jejeran 10 meja berbalut kain batik sudah tertata di sepanjang koridor sekolah. Setiap meja telah diberi nama gerai sesuai dengan formulir yang masuk. Saya lega melihat persiapan telah dilakukan dengan baik. Meja kasir juga sudah siap. Dan tidak sabar lagi untuk menunggu besok. :) 


Pelaksanaan di hari H tidak jauh berbeda dengan bayangan saya sebelumnya. Suasana meriah dan bising. Rayuan dan teriakan penjual untuk mengundang pengunjung membeli dagangannya. Mulai dari rayuan sekilas sampai dengan memaksa. Dengan membawa nampan berisi puding, beberapa orang anak menyebar di setiap pelosok sekolah yang dipadati orang tua. Di arena performance, hall sekolah, di ruang tunggu depan kelas, dan di  teras pojok aktivitas, sampai di lapangan parkir. Orang tua, teman, dan guru menjadi sasaran para pengusaha kecil itu. Saya termasuk salah satu di antaranya yang . . . terpaksa membeli. Tapi senang koq. 


Acara berjalan lancar hari itu. Pengambilan rapor, performance, pojok aktivitas, dan gerai usaha, berjalan simultan pada tracknya. Para pengusaha kecil belum boleh pulang, mereka masih harus melalui proses selanjutnya, yaitu penghitungan laba penjualan dan profit sharing dengan pihak sekolah yang sebesar 10% dari total penjualan, sekedar untuk membeli buku nota pembelian dan administrasi di meja kasir. Dengan wajah yang puas, satu-persatu dari mereka pulang. Keuntungan hasil kerja keras yang mereka dapat, semoga memperkaya pengalaman dan memori indah mereka di masa SD. 


Hampir semua pengusaha kecil itu menodong saya untuk mengadakan acara serupa dalam waktu dekat. Saya tanggapi dengan senyum, dan mungkin akan ada lagi pada saat pengambilan rapor semester II nanti. Ketika saya tanya pada salah satunya, "Apa yang akan kamu jual nanti ?" anak itu menjawab dengan spontan, "Pan cake keju." Lalu saya berbisik, "Berapa sih keuntungan yang kamu dapat hari ini ?" Anak itu dengan bangga menunjukkan kantong bajunya yang tebal, "Rp 85.000,00.".


"Ok, tunggu pengumuman selanjutnya ya, Nak !"Mendengar ucapan saya, mereka spontan bersorak senang. 


(ki-Inspired by Hari Wirausaha Siswa, March 23th 2011)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar